Dirgahayu Indonesiaku

Merdeka! Merdeka!!

Biografi + Daftar Pahlawan Yogyakarta

Siapa sajakah pahlawan Nasional yang berasal dari Yogya?

Masa Prasejarah di Indonesia

Periode Prasejarah di Indonesia berlangsung kira-kira 1,7 juta tahun yang lalu.

Masa Kolonialisme di Indonesia

Masa kolonialisme yang terjadi di Indonesia. Masa saat masuknya penjajah serta perlawanan-perlawanan yang terjadi.

Kronologi Kemerdekaan Indonesia

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945 yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat.

Rabu, 28 Agustus 2013

Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta





Istana Yogyakarta yang dikenal dengan nama Gedung Agung terletak di pusat keramaian kota, tepatnya di ujung selatan Jalan Ahmad Yani dahulu dikenal Jalan Malioboro, jantung ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan istana terletak di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kotamadya Yogyakarta, dan berada pada ketinggian 120 meter dari permukaan laut. Kompleks istana ini menempati lahan seluas 43,585 m². 

SEJARAH

Gedung utama kompleks istana ini mulai dibangun pada Mei 1824 yang diprakarsai oleh Anthony Hendriks Smissaerat, Residen Yogyakarta ke-18 (1823-1825) yang menghendaki adanya "istana" yang berwibawa bagi residen-residen Belanda sedangkan arsiteknya adalah A Payen.

Karena adanya Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830) pembangunan gedung itu tertunda. Pembangunan tersebut diteruskan setelah perang tersebut berakhir yang selesai pada 1832. Pada 10 Juni 1867, kediaman resmi residen Belanda itu ambruk karena gempa bumi. Bangunan baru pun didirikan dan selesai pada 1869. Bangunan inilah yang menjadi gedung utama komplek Istana Kepresidenan Yogyakarta yang sekarang disebut juga Gedung Negara.

Pada 19 Desember 1927, status administratif wilayah Yogyakarta sebagai karesidenan ditingkatkan menjadi provinsi dimana Gubernur menjadi penguasa tertinggi. Dengan demikian gedung utama menjadi kediaman para gubernur Belanda di Yogyakarta sampai masuknya Jepang.

Pada 6 Januari 1946, Kota Gudeg ini menjadi ibu kota baru Republik Indonesia yang masih muda dan istana itu berubah menjadi Istana Kepresidenan, tempat tinggal Presiden Soekarno beserta keluarganya, sedangkan Wakil Presiden Mohammad Hatta tinggal di gedung yang sekarang ditempati Korem 072/Pamungkas. Sejak itu Istana Kepresidenan Yogyakarta menjadi saksi peristiwa penting diantaranya pelantikan Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar TNI pada 3 Juni 1947 dan sebagai pucuk pimpinan angkatan perang Republik Indonesia pada 3 Juli 1947.

Pada 19 Desember 1948, Yogyakarta diserang oleh tentara Belanda dibawah pimpinan Jenderal Spoor, Presiden, Wakil Presiden dan para pembesar lainnya diasingkan ke luar Jawa dan baru kembali ke Istana Yogyakarta pada 6 Juli 1949. Sejak 28 Desember 1949, yaitu dengan berpindahnya Presiden ke Jakarta, istana ini tidak lagi menjadi tempat tinggal sehari-hari Presiden.

Istana Yogyakarta atau Gedung Agung, sama halnya dengan istana Kepresidenan lainnya yaitu sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden Republik Indonesia. Selain itu juga sebagai tempat menerima atau menginap tamu-tamu negara. Sejak 17 Agustus 1991, istana ini digunakan sebagai tempat memperingati Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan penyelenggaraan Parade Senja setiap tanggal 17 yang dimulai 17 April 1988.


Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia



1. Berita Kekalahan Jepang dalam Asia-Pasifik

Memasuki tahun 1945 kedudukan Jepang terus terdesak oleh tentara sekutu di dalam Perang Asia Timur Raya (Perang Asia-Pasifik). Satu per satu daerah kekuasaan Jepang Jatuh ke Tangan tentara Amerika Serikat. Bahkan, Pada pertengahan tahun 1945 Jepang benar-benar tidak mampu lagi memberikan perlawanan. Keadaan itu membuat Jepang tidak menyerah. Oleh karena itu, pada tanggal 6 Agustus 1945 tentara Amerika menjatuhkan bom atom di Kota Hiroshima. Menyusul tanggal 9 Agustus 1945 Tentara Amerika Serikat membom Kota Nagasaki. Akibatnya, ke dua Kota penting Jepang hancur.

Jepang pun lumpuh dan tidak berkutik. Akhirnya, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Namun, upacara penyerahan secara resmi baru akan dilaksanakan pada tanggal 2 September 1945. Penyerangan itu dilakukan de kapal perang USS Missouri milik Amerika Serikat yang sedang merapat di teluk Tokyo.

Peristiwa penyerahan tanggal 4 Agustus 1945 itu dirahasiakan oleh Jepang. Hal itu dimaksudkan agar orang-orang di daerah pendudukan termasuk Indonesia tidak mengetahui peristiwa tersebut.



2. Kegiatan para Pemuda setelah Jepang Menyerah


Para pemuda sepakat untuk menemui Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Mereka mendesak agar kedua tokoh itu mau menyatakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, Bung Karno dan Bung Hatta tidak bersedia memenuhi tuntutan para Pemuda tersebut. Kedua tokoh itu berpendapat bahwa masalah proklamasi harus di bicarakan dengan anggota PPKI. Pandangan Bung Karno dan Bung Hatta yang semacam itu ditolak oleh para Pemuda.

Tokoh-tokoh Pemuda menginginkan agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tidak dilakukan PKI. Menurut para pandangan Pemuda PPKI adalah lembaga pembentukan Jepang. Oleh karena itu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus di lakukan oleh tokoh-tokoh bangsa Indonesia bukan oleh PPKI. .

Mereka gagal mendesak Bung karno dan Bung Hatta untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda kembali berkumpul di jalan Cikini Nomor 71 untuk membahas langkah-langkah berikutnya. Pertemuan dilaksanakan pada hari Rabu sekitar pukul 9 sampai 10 malam tanggal 15 Agustus 1945. Beberapa tokoh pemuda saat itu, antara lain Sukarni, Singgih, Wikana, Chaerul Saleh, B.M. Diah, Yusuf Kunto, dan Adam Malik.






3. Peristiwa Rengasdengklok

Monumen Kebulatan Tekad Rengasdenglok
Para pemuda itu bergerak dengan sigap. Setelah mobil dan beberapa pengawal dari Peta siap, para pemuda segera mendatangi rumah Bung hatta dan Bung Karno. Wikana dan Darwis diserahi tugas menjemput Bung Karno dan Bung Hatta. Kamis, 16 Agustus 1945 rombongan para Pemuda yang telah membawa I.R Soekarno dan Drs. Moh. Hatta bergerak kea rah timur, yaitu ke Rengasdengklok.

Rengasdengklok adalah kota kecamatan yang terletak di sebelah utara Karawang. Daerah rengasdengklok ini kebetulan sudah di kuasai oleh pasukan Peta di bawah pimpinan Shudanco Singgih. Oleh karena itu, keamanan di Rengasdengklok lebih terjamin.

Kamis, 16 Agustus 1945, Rombongan IR. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sampai di Rengasdengklok. Rombongan kemudian di terima oleh Shudanco Subeno. Maka ditempatkan di rumah milik Djiaw Kie Song di Desa Rengasdengklok, tidak jau dari sungai Citarum.

Di Rengasdengklok Bung Karno dan Bung Hatta tetap belum bersedia menyatakan kemerdekaan Indonesia hari itu juga. Yusuf Kunto yang berperang sebagai penghubung. Kembali ke Jakarta untuk mengetahui perkembangan situasi. Ternyata situasi di Jakarta sedang menghangat. Tanggal 16 Agustus 1945 PPKI akan bersidang, tetapi Bung Karno dan Bung Hatta dan wakil ketua PPKI tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo berusaha mencari dan bertemu Yusuf Kunto. Ahmad Subarjo bersama Yusuf Kunto pergi ke Rengasdengklok untuk menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta beserta rombonganya.

Ahmad Subarjo mendesak para pemuda agar membantu Sukarno – Hatta kembali ke Jakarta.ahmad Subarjo kemudian memberikan jaminan kepada para pemuda. Beliau menyatakan bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan di laksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 kalau Bung Karno dan Bung Hatta dapat kembali pada saat itu juga. Ahmad Subaro mengatakan, kalau sampai pukul 12.00 tanggal 17 Agustus 1945, proklamasi itu belum juga terjadi, nyawanya akan menjadi jaminan. Akhirnya Ir. Soekarno dan Drs. Muh. Hatta beserta rombongan kembali ke Jakarta.



4. Perumusan Teks Proklamasi

Malam hari pukil 23.00 tanggal 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta beserta rombongan tiba di Jakarta. Setelah mengantarkan Ibu fatmawati dan Guntur, Bung Karno dan kawan-kawan pergi ke rumah Laksamana Maeda. Di rumah Maeda ini mereka mengumpulkan anggota PPKI dan tokoh-tokoh pergerakan serta para pemuda.
Sebelum mengadakan pertemuan di rumah Laksamana Maeda, Soekarno dan muh. Hatta sebelumnya pergi menemui pemimpin tentara Jepang, Mayor Jendral Nashimura untuk menyatakan pendapat dan sikapnya tentang Proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Nashimura mengatakan tidak bertanggung jawab dan menyerahkan kepada Soekarno dan Moh. Hatta. Mengetahui sikap pemimpin Jepang, mereka segera mengadakan pertemuan. Soekarno, moh. Hatta, dan Ahmad Subarjo kemudian masuk di sebuah ruangan (ruang makan keluarga maeda) yang di ikuti Sukarni, Sayuti Malik, dan B.M. Diah.

Di ruang makan keluarga Maeda itulah, Ir. Soekarno, DrS. Moh. Hatta, dan Ahmad Soebarjo merumuskan teks Proklamasi. Perumusan itu di saksikan oleh Sukarni, Sayuti Melik, B.M. Diah. Setelah semuanya sepakat, konsep teks Proklamasib itu deserahkan kepada Sayuti Malik untuk di ketik. Teks Proklamasi hasil ketikan Sayuti Melik inilah yang dikenal dengan teks proklamasi yang autetik (resmi).





5. Pelaksanaan Proklamasi kemerdekaan Indonesia

Sejak pagi hari, halaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No.56 sudah sangat sibuk. Suwiryo selaku Wakil Wali Kota Jakarta tampak sibuk. Suhud, seorang anggota Barisan Pelopor ditugasi untuk mencari tiang bendera dan menyiapkan bendera Merah Putih. Untuk tiang bendera menggunakan sebatang bamboo., sedangkan bendera Merah – Putih di beroleh dari Ibu Fatmawati yang di jahit sendiri olehnya.

Pukul 10.00 acara di mulai. Acara dibuka dengan pdato Ir. Soekarno sebagai penghantar. Selanjutnya, Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi yang telah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Muh. Hatta. Adapun bunyi teks proklamasi itu adalah sebagai berikut:




PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain,

Di selenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945

Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno – Hatta




Setelah pembacaan proklamasi, dilakukan pengibaran bendera Merah Putih. Pengibaran bendera Merah Putih ini dilakukan oleh seorang mantan komandan Peta, Latif Hendraningrat dibantu oleh S. Suhud. Tanpa di komando, bersamaan dengan naiknya bendera Merah Putih itu para hadirin mengumandangkan lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh W.R. Supratman.